Selasa, 30 November 2010

TUJUH PINTU NERAKA

“Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44) Diriwayatkan dalam Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saww memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah: 1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir. 2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah. 3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api). 4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api. 5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi. 6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir. Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saw maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka. Lalu, Nabi saww mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: “Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?" Kemudian Nabi saww mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: “Mengapa beliau begitu berduka?” Namun beliau tidak menjawab. Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (al-A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saw). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai”. Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?” Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?” Nabi saw menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”. Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?” Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya. Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka). Masihkah kita memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk dengan kesenangan dunia yang sementara ini? [islamalternatif.com] (diakses dari swaramuslim/28 nov 2010/ruhmi)

Jumat, 26 November 2010

JM. KEYNES ( kajian ekonomi makro)


PEMIKIRAN-PEMIKIRAN JOHN MEYNARD KEYNES

Pada tahun 1930 terjadi kemunduran ekonomi yang paling parah dinegara eropa, yaitu depressi yang cukup lama sehingga menyebabkan para ekonom untuk berpikir ulang tentang kebijaksanaan ekonomi klasik yang telah digunakan. John Maynard Keynes tampil dengan menawarkan solusi terhadap depressi yang bekepanjangan. Teori yang kemudian disebut dengan teori ekonomi Makro Keynesian, yang merupakan jalan tengah antara dua ekstrim klasik yang liberal dengan sistem socialist yang kaku dan sangat sarat dengan campur tangan pemerintah. Menurut teori Keynesian asumsi dasar bahwa ekonomi bekerja penuh atau ‘full employment’, tingkat harga yang fleksibel dan informasi yang dimiliki secara sempurna adalah tidak benar dan bertentangan dengan realitas serta tidak akan tercapai dalam jangka pendek bahkan juga dalam jangka panjang. 
Keynes berpendapat bahwa sistem Leissez Faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi “Full Employment”nya, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan secara otomatis. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi “kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama. Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi “kelebihan produksi” akan terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
Sebagai jalan tengah Keynes mengusulkan agar masyarakat bersedia meninggalkan ideologi laissez faire yang murni terkandung dalam teori ekonomi klasik. Artinya pemerintah tidak bisa lagi berpangku tangan membiarkan pihak swasta dan masyarakat berjalan dengan sendiri tetapi pemerintah harus berperan aktif membantu menggerakkan roda perekonmian. Walaupun faktor produksi dan proses produksi sendiri masih tetap dimiliki dan dikendalikan oleh pihak swasta tetapi pemerintah harus aktif dalam mempengaruhi pergerakan ekonomi. Keynes tidak percaya bahwa full employment akan terjadi secara otomatis, tetapi full employment hanya akan tercipta apabila pemerintah berusaha untuk mendorong kearah tersebut. Teori Keynesian juga berpendapat bahwa pasar barang, pasar uang, tenaga kerja dan pasar luar negeri merupakan hal yang saling terkait satu sama lain sehingga apapun yang terjadi pada salah satu pasar akan berdampak pada pasar yang lain. Disequilibrium pada pasar uang dengan cepat akan merambat ke pasar barang seperti yang dialami Indonesia pada waktu krisis ekonomi pertengahan tahun 1997. Beberapa pikiran-pikiran penting Keynes akan dijelaskan dalam point-point dibawah ini :

A.       Pasar Barang

Perbedaan pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada Hukum Say yang menyebutkan bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak akan terjadi kelebihan/kekurangan permintan atau penawaran. Menurut Keynesian permintaan barang tidak selalu sama dengan penawaran karena tidak semua income dibelanjakan tetapi sebagian dari pendapatan tersebut akan disimpan dalam bentuk tabungan (saving). Tabungan tidak menambah permintaan efektif terhadap barang dan jasa kalau tidak segera diinvestasikan sehingga akan terjadi kelebihan stok barang atau kelebihan produksi barang (penawaran). Akibat dari ketidakseimbangan permintaan dengan penawaran ini terhadap perekonomian Negara adalah :
  • Para produsen akan mengurangi jumlah produksi mereka pada tahun atau periode berkutnya,artinya output atau GDP akan berkurang pada tahun berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya sangat serius terhadap variabel makro karena income, lapangan pekerjaan, konsumsi, investasi dan seterusnya akan menurun.
  • Akibat dari turunnya GDP dan income maka harga-harga akan turun karena turunnya permintaan akibat penurunan income. Apabila harga-harga (harga barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi fleksibel turun sebanding dengan penuruan income, seperti yang diasumsikan oleh teori Klasik, maka keadaan down turn tidak akan berlangsung lama,karena turunnya harga akan mendorong naiknya permintaan (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran). Naiknya permintaan akan mendorong produsen kembali menggenjot produksi mereka dan keadaan terpuruk akan segera terkoreksi kembali. Pabrik dan industri tidak akan tutup sehingga para buruh tidak banyak yang di PHK.
B.       Pasar Uang

Menurut Keynesian permintaan uang ditentukan oleh tiga faktor yaitu: Kebutuhan transaksi (transaction motive), Kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) dan
Kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi. Untuk kebutuhan transaksi sama dengan pendapat klasik dimana teragantung dengan volume barang, harga dan konstanta. Tetapi untuk dua faktor lagi Keynesian berpendapat bahwa permintaan akan uang juga ditentukan oleh faktor berjaga-jaga dan spekulasi. Faktor ketiga yang menentukan permintaaan uang adalah spekulasi, berbeda secara significant dengan teori klasik. Kebutuhan spekulasi merupakan kebutuhan untuk mencari keuntungan dari permaian resiko serta  keberuntungan. Menurut Keynes uang tidak memberikan penghasilan atau keuntungan kecuali untuk mempermudah proses transaksi sehari-hari. Sebagai alternatif dari memegang uang adalah membeli aset lain seperti obligasi (bonds) yang dikeluarkan pemerintah, karena obligasi memberikan pendapatan berupa bunga.

 Dalam perkembangannya sekarang uang telah bisa memberikan keuntungan dalam bentuk bunga bila disimpan di bank, walaupun tidak diinvestasikan ke usaha-usaha produktif tetapi bunganya sangat rendah diandingkan dengan deposito atau investasi lainnya. Apabila uang disimpan dirumah maka tetap tidak akan memberikan keuntungan bagi pemiliknya. Tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menabung dibank memang relatif rendah dibandingkan dengan investasi atau usaha produktif lainnya namun resiko menabung dibank juga rendah. Disamping itu alternatif terhadap memegang uang bukan hanya obligasi namun juga terdapat berbagai jenis surat berharga yang dapat memberikan bunga yang sangat kompetitif dibandingkan dengan bunga simpanan bank.

Permintaan terhadap uang ditentukan oleh dua factor, yaitu : Pendapatan (income) karena seseorang memegang uang adalah untuk transaksi sedangkan volume transaksi ditentukan oleh pendapatan. Selain itu adalah kebutuhan untuk berjaga-jaga yang juga ditentukan oleh pendapatan. Semakin tinggi income seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhan untuk berjaga-jaga sehingga kebutuhan uangnya juga semakin tinggi. Kedua, Permintaan uang ditentukan juga oleh tingkat bunga (interest rate) aset lain. Semakin tinggi bunga atau pendapatan yang diberikan oleh aset lain maka semakin tinggi pula permintaan terhadap aset tersebut sehingga permintaan terhadap uang semakin rendah. Bila hubungan antara income dan permintaan uang adalah positive atau berbanding lurus maka hubungan antara permintaan uang dan bunga aset lain adalah negative atau hubungan terbalik. Artinya bila bunga aset lain tinggi maka permintaan terhadap uang rendah, dan sebaliknya bila bunga aset lain rendah maka permintaan terhadap uang menjadi tinggi.
Bunga atau pendapatan yang hilang akibat memegang uang tersebut merupakan biaya memegang uang. Secara grafik permintaan uang dapat dilihat pada Gambar 1.Penjelasan : Apabila pendapatan naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang juga naik dari M0 menjadi M1. Atau bila bunga (i0) turun, dengan asumsi income tetap pada Y0, maka permintaan uang juga akan naik. Sampai disini belum ada spekulasi masuk dalam kerangka analisa kita. Berikut akan kita bahas tentang spekulasi dan kaitannya dengan permintaan terhadap uang.

Menurut Keynes orang bisa berspekulasi mengenai perubahan tingkat bunga diwaktu yang akan datang dan hubungannya dengan permintaan uang. Bila tingkat bunga rendah (sekarang) ada harapan bahwa bunga akan naik diwaktu yang akan datang. Bila bunga rendah maka harga aset lain (dalam hal ini obligasi) adalah tinggi. Bila ada harapan bunga akan tinggi (sekarang bunga masih rendah) berarti ada harapan harga obligasi akan turun. Turunnya harga obligasi akan mengakibatkan pemegang obligasi menderita kerugian (capital loss). Sebelum harga turun maka orang akan menjual obligasi tersebut untuk menghndari kerugian, dan ini berarti orang melepas obligasi dan meminta uang sehingga permintaan terhadap uang menjadi naik.

Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi apabila tingkat bunga saat ini rendah dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah apabila tingkat bunga untuk spekulasi mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan tingkat bunga (saat ini). Ini adalah inti teori moneter Keynes, permintaan masyarakat total akan uang MD akan uang tunai nerupakan permintaannya untuk transaksi ditambah permintaannya untuk spekulasi. Permintaan total ini disebut “Liquidity Preference”. Di Pasar Uang, Liquidity Preference bertemu dengan penawaran akan uang dan menentukan “harga” dari penggunaan uang, yaitu Tingkat Bunga.

C.       Bunga dan Keseimbangan Pasar Uang

Keynesian berpendapat bahwa uang mempunyai harga yang dinyatakan dengan bunga (interest). Besarnya harga uang atau bunga ini ditentukan oleh supply dan demand uang, seperti halnya supply dan demand pada pasar barang dan pasar tenaga kerja. Penawaran uang ditentukan oleh pemeritah. Sedangkan permintaan uang ditentukan oleh rumah tangga, pelaku bisnis dan pelaku ekonomi lainnya yang membutuhkan uang dimana permintaan terhadap uang tersebut dikategorikan kepada tiga macam seperti yang telah diuraikan diatas. Dengan demikian keseimbangan bunga di tentukan oleh supply dan demand dari uang atau obligasi. Keseimbangan bunga ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Penjelasan: Keseimbangan bunga dicapai ketika supply uang sama dengan permintaan uang. Supply uang diasumsikan tetap dan diatur oleh kebijakan pemerintah. Bila supply uang naik, misalnya dari Ms0 ke Ms1, dan income tetap maka bunga akan turun dari i 0 ke i 1.

D.      Pasar Tenaga Kerja

Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga penganguran sering terjadi. Pasar Tenaga Kerja mengikuti pasar barang apabila output (Q) naik maka jumlah orang yang mendapat pekerjaan atau tingkat employment (N) juga naik. Sebaliknya, N turun apabila Q turun. Keynes menekankan bahwa dalam  proses makro merupakan proses menuju keseimbangan umum (general ekuilibrium). Apabila terjadi suatu perubahan (misalnya, I atau G atau MS berubah), maka akan mempunyai pengaruh berantai terhadap semua pasar. Perekonomian akan menyesuaikan diri (terhadap perubahan ini) sehingga tercapai posisi keseimbangan umum yang baru. Posisi keseimbangan umum diartikan sebagai posisi semua pasar yang ada dalam posisi keseimbangannya secara bersama-sama. Suatu perekonomian akan selalu bergerak menuju posisi keseimbangan umumnya.

 Menurut Keynesian penganguran bisa terjadi terus menerus dan jenis pengangguran tersebut ada tiga macam, yaitu :
  • Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat oputput dari berbagai sektor dan ini bersifat sementara (frictional unemployment).
  • Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim (seasonal unemployment).
  • Pengangguran yang “dibuat” (institutional unemploymen).

Timbulnya ketiga jenis penganguran tersebut diatas disebabkan oleh karena tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja (upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku ekonomi sehingga tidak terjadinya full employment. Tidak terjadinya full employment berarti akan ada orang yang tidak mendapatkan pekerjaan.
E.       Peran Pemeritah dalam Perekonomian
Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian mempengaruhi situasi makro), agar mendekati posisi “Full Employment”nya. Dalam sistem perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari 3 unsur, yaitu : Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga (C), Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan (I), Pengeluaran Pemerintah (G), Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi, sehingga dapat diformulasikan dengan rumus : Y= C + I + G, sedangkan untuk sistem perekonomian terbuka terdapat pengeluaran untuk Impor (M) dan Ekspor (X) maka formulasinya adalah : Y=C+I+G+(X-M). Keseimbangan unsur-unsur dapat dilihat pada Gambar 3

Masing-masing unsur permintaan agregat tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Pengeluaran konsumsi tergantung pendapatan yang diterima oleh Rumah Tangga dan kecenderungan untuk mengkonsumsinya (propincity to consume/ MPC). Pengeluaran investasi ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of capital/ MPS) serta biaya dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah ditentukan oleh proses politik yang kompleks. Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat mempengaruhi tingkat permintaan agregat melalui proses berantai atau proses multiplier. Bila unsur ini meningkat dengan Rp. 1 maka tingkat permintaan agregat akan meningkat dengan kelipatan dari Rp. 1. Multiplier ini tergantung pada besarnya marginal propensity to consume. Walaupun pendapatan penting peranannya dalam menentukan konsumsi, peranan faktor-faktor lain tidak boleh diabaikan. Dibawah ini diterangkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan:
  • Kekayaan yang terkumpul
Sebagai akibat menapat harta warisan/tabungan yang banyak akibat usaha dimasa lalu, maka seseorang berhasil memiliki kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu seseorang tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak, maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan mereka lebih bertekat untuk menabung yang lebih banyak di masa yang akan datang.
  • Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan berbuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh.
  • Sikap Berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung & berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-lebihan serta lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu APC dan MPC nya adalah lebih rendah tapi ada pula masyarakat yang mempunyai kecenderungan mengkonsumsi yang tinggi yang berdiri APC dan MPC nya adalah tinggi.
  • Keadaan Perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran masyarakat berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecenderungan berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan perekonomian yang lambat berkembangnya, tingkat pengangguran menunjukkan tendensi meningkat, dan sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatnya makin berhati-hati.
  • Distribusi Pendapatan
Dalam masyarakat yang mempunyai distribusi pendapatannya tidak merata, lebih banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dengan masyarakat yang demikian sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk yang sangat kaya dan golongan masyarakat ini mempunyai kecenderungan menabung yang tinggi. Maka mereka boleh menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup membiayai konsumsi dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya lebih seimbang tingkat tabungannya relatif sedikit karena mereka mempunyai kecondongan mengkonsumsi yang tinggi
F.       Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik
Kaum klasik berpendapat bahwa tabungan akan dihimpun oleh lembaga-lembaga keuangan dan disalurkan pada investor. Menurut keyakinan mereka, pasar akan mengatur dengan sedemikian rupa sehingga jumlah tabungan akan sama dengan jumlah investasi. Pendapat itu dibantah kembali oleh Keynes. Ia berpendapat, motif orang untuk menabung tidak sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Sementara itu, sektor rumah tangga menabung didorong oleh berbagai motif yang sangat berbeda. Termasuk di dalamnya ialah motif untuk berjaga-jaga (pre-cautionary motives).
Kritikan Keynes yang lain terhadap sistem klasik yang juga sangat perlu diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian (adjustment). Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik tersebut. Di mana pun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.


Sumber  :
            Deliarnov.1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi.Jakarta : Grafindo Persada.
http://jurnal-ekonomi.org/2009/03/31/keynes-ekonom/disalin dari Institut Ekonomi Ideologis. (on-line) diakses 3 Oktober 2010)


Minggu, 21 November 2010

21 november 2010

" Sibgah Allah". Siapa yang lebih baik sibgahnya dari pada Allah ? Dan kepada-Nya kami menyembah 
(QS.Al-Baqarah : 138 )